Kalau tidak melihat sebuah iklan di surat kabar pagi tadi, saya pasti tidak tahu kalau ternyata hari ini merupakan Hari Buku Nasional. Terus terang dalam perjalanan kampanye [solid] saya mendapat banyak inspirasi maupun kekuatan dari buku-buku yang menjadi sahabat pengantar tidur setiap malamnya.

Dalam memperingati Hari Buku Nasional saya ingin membagi sebuah buku yang baru saja selesai dibaca. Sebuah buku yang berjudul Three Cups of Tea. One Man’s Mission to Fight Terrorism and Build Nations…One School at a Time.

buku

Beli bukunya di Kinokuniya. Buku ini menceritakan petualangan Greg Mortenson, seorang pendaki gunung asal Amerika yang menemukan panggilan hidupnya membangun sekolah bagi orang-orang miskin yang tinggal di sekitar pegunungan. Lokasi ceritanya di Pakistan, berawal ketika dia gagal dalam satu ekspedisi pendakian yang akhirnya dibantu oleh masyarakat sebuah desa di wilayah Korphe.

Dan sebagai balas budi atas kebaikan mereka, Greg berusaha mencari bantuan untuk bisa membangun sebuah sekolah diatas pegunungan. Perjalanan serta perjuangan Greg dalam mencari bantuan sampai dengan menyalurkan bantuan inilah yang banyak memberi inspirasi bagi siapa saja yang membaca. Membaca kisah nyata perjuangan serta persahabatan dengan para masyarakatnya mengingatkan saya, dimanapun manusia berada pada bumi ini, ternyata mereka mempunyai harapan yang hampir sama terhadap anak-anaknya. Mendapatkan pendidikan yang layak.

Agar tidak membongkar jalan cerita jika berniat membaca buku ini akan saya selesaikan pendapat tentang buku sampai disini dulu. Namun ada sejumlah kalimat yang ingin saya bagi bagi para pembaca tulisan ini. Kalimat dibawah diucapkan pada sebuah acara peresmian salah satu sekolah.

“These men have come halfway around the world to show our Muslim children the light of education. Why have we not been able to bring education to our children on our own? Fathers and parents, I implore you to dedicate your full effort and commitmen to see that all your children are educated. Otherwise, they will merely graze like a sheep in the field, at the mercy of nature and the world changing terrifyingly arund us.”

“Our land is stricken with poverty because we are without education. But today, another candle of knowledge has been lit. In the name of Allah the Almighty, may it light our way out the darkness we find ourselves in.”


You could Trackback this post from your own site.

Comments & Response 4 Komentar

RSS 2.0

Comments are moderated. To learn how we moderated comments could be found in our licenses pages.

  1. Gravatar sekar dinihari at 19 May 2006 at 14:25

    aku udah baca buku itu bbrp waktu lalu, dan di alinea itu, asli aku nangis lho… aku jd inget anak2 di negri ini… kl sj aku bs punya umur panjang, aku mau bikin byk perpustakaan sekecil dan seminim apapun isinya asal mrk semua bs dpt ilmu dr buku, or tell them a story of everything they want to know. dan hasilnya adlh negri kita ini berubah jd hijau semua…

  2. Amin..amin..amin..:)

  3. Sikap dan perbuatan untuk membantu orang lain pada awalnya merupakan suara hati, kemudian bisa dilakukan langsung tanpa dorongan suara dari luar, ada pula yang membutuhkan dorongan suara dari luar…
    Bravo… SOLIDARITAS KEBERSAMAAN…

  4. Salam kebersamaan!

Leave a Reply

Tips: XHTML: You can use these tags: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <strike> <strong>

Ingin bantu anak-anak Indonesia? hubungi kami di info@tunascendekia.org atau hotline 08161833443 Dukungan anda sangat berarti!

Pembalut Gratis!

Kampanye Berdarah Tanpa Mati
PembalutGratis.tunascendekia.org
Dari 100 orang miskin Indonesia, 16 tidak bisa baca dan menulis!
Saatnya jalin solidaritasKEBERSAMAAN diantara kita...

jejaring sosial

Kunjungi Facebook Fan Page Yayasan Tunas Cendekia facebook.com/bantuAnakIndonesia