Alkisah di sebuah desa terpencil di Ende, NTT. Seorang dokter sedang berkonsultasi dengan ibu mengenai obat anaknya. “Begini bu, jangan lupa sebelum memberikan obat ini ke anak, dikocok terlebih dahulu botolnya (sambil memperagakan gaya menggoyang botol),” jelas sang dokter. Ibupun berterima kasih dan berjanji akan datang lagi untuk memeriksa perkembangan anaknya.

Beberapa hari kemudian datanglah ibu kembali ke puskesmas. Dengan terlihat cemas si ibu bercerita,”Begini dokter waktu itu khan dokter bilang untuk jangan lupa di kocok dulu botol obatnya sebelum diberikan ke anak saya.” “Betul sekali bu. Memangnya ada masalah?” tanya dokter. “Yah begini dok, saya itu sering lupa untuk mengocok dulu botolnya. Jadi karena sudah terlanjur diberikan anak, saya putar balikan saja badan anak saya. Sama saja khan dok?”

Cerita diatas bisa jadi disangka fiktif bagi sebagian orang. Namun bagi anda yang pernah ditempatkan sebagai dokter PTT alias penempatan tidak tetap di satu pelosok desa, mungkin masih banyak cerita lucu lainnya yang lebih tidak masuk akal :D

Dokter

Senin malam kemarin saya akhirnya bertemu dengan dr. Arie yang baru saja pulang dari penempatannya di kabupaten Ende, NTT. Selama penempatan dia telah membantu menyalurkan bantuan [solid] ke SD Watunggere, SD I dan SD III Wolooja. Untuk laporan penyaluran di Watunggere sudah ada laporannya yang bisa anda klik disini. Namun karena kendala tekhnis laporan SD Wolooja I dan SD Wolooja III di desa Mbuliwaralau terpaksa dia berikan ketika balik di Jakarta.

Kesehatan dan pendidikan adalah dua faktor yang mau tidak harus seiring sejalan. Arie sendiri melihat secara langsung bagaimana desa yang menjadi tempat penempatannya belum terjamah oleh listrik dan air bersih. 4 jam dari kota. Rute yang rawan longsor di musim hujan. Mandipun terpaksa 4 hari sekali. Saya yakin yang membuat dokter maupun guru yang ditempatkan di daerah terpencil ini bertahan adalah pengabdian dan kepedulian tumbuh semakin kuat setelah mereka melihat sendiri kondisi yang seharusnya setelah sekian lama bangsa ini merdeka bisa jauh atau sedikit lebih baik.

Kami memberikan salut kepada para guru dan dokter yang sudah mengabdi dan bertahan di segala kondisi. Walaupun realitas selalu menunjukan jauh dari harapan. Namun melihat keberadaan anda saja, saya yakin anak-anak ini akan merasa masih ada saudara mereka yang memberikan perhatian. Dimanapun dan siapapun di dunia ini, kita semua membutuhkan yang namanya perhatian dan kasih sayang.

Terima kasih juga untuk anda sahabat, yang sudah memeberikan donasi agar program [solid] terus bisa berlangsung…


You could Trackback this post from your own site.

Leave a Reply

Tips: XHTML: You can use these tags: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <strike> <strong>

Ingin bantu anak-anak Indonesia? hubungi kami di info@tunascendekia.org atau hotline 08161833443 Dukungan anda sangat berarti!

Pembalut Gratis!

Kampanye Berdarah Tanpa Mati
PembalutGratis.tunascendekia.org
Dari 100 orang miskin Indonesia, 16 tidak bisa baca dan menulis!
Saatnya jalin solidaritasKEBERSAMAAN diantara kita...

jejaring sosial

Kunjungi Facebook Fan Page Yayasan Tunas Cendekia facebook.com/bantuAnakIndonesia