Realisasikan Niat

Alhamdulillah. Kita masih terus mendapat kepercayaan dari para sahabat solidaritas. Terutama sebagai tempat penyaluran donasi. Minggu ini, mulai dari Ibu Mirah yang semangat mengajak Sekolah Tunas Indonesia-nya, Echa untuk acara amal di Citos besok, Billy dan teman-teman 9 Ball yang datang dari Bandung, sampai sore tadi bertemu dengan Sagad – Linda (dari Fupei) dan Fajar Mukemen.

Apapun bentuknya. Berapapun besar dana yang bisa disisihkan. Yang terpenting niat tersebut direalisasikan. Tanpa mencoba, kita tidak akan pernah tahu seberapa besar hasil yang bisa diperoleh dan dinikmati anak-anak Indonesia. Jangan pernah menunda niat baik. Saatnya bergerak kawan.

Jadi teringat satu kiasan, kepakan sayap kupu-kupu di depan kita, bisa mengakibatkan badai besar di tempat lain.

Pembajak & Kenyataan

Hari ini membaca dua kolom menarik. Kebetulan lagi mampir di rumah orang tua. Langganan majalah dan korannya banyak disana. Sekalian numpang makan siang :)

Pertama, tajuknya A. Margana dari Kontan. Beliau menjelaskan kenapa bangsa Asia sekarang bisa maju dan mampu menjadi pesaing bagi negara-negara di Barat. Rahasianya adalah menjadi pembajak yang bijak.

Mencoba bangkit dari keterpurukan setelah perang dunia kedua sampai dengan tahun 80-an. Mulai dari Jepang, Taiwan, China sampai India. Mereka rajin menerjemahkan dan menerbitkan hampir semua buku teks dan buku ilmiah dari Barat. Dengan kata lain mereka menggalakan rakyatnya untuk membaca dan mengambil ilmu sebanyak-banyaknya dari negara maju. Hasilnya?

Tengok saja. Barang-barang sekitar kita. Dari komputer, pakaian dan bahkan sekarang SDM, semua Made in Japan, Taiwan, China atau India. Indonesia? bicara mayoritas, lebih senang bajak film atau musik. Alhasil. Kita puas hanya menjadi penonton dan penikmat kemajuan negara-negara tetangga.

Jangan bergantung selalu dengan pemerintah. Justru coba bantu sesuai dengan kemampuan yanga ada. Dari kolom kedua yang saya baca. Fareed Zakarian, kolumnis World View Newsweek, mengangkat Realism dan Responsibilty sebagai tulisannya kali ini.

Paragraph ketiga dari bawah. Dia menulis, banyak cara yang bisa kita lakukan dengan keadaan pemerintahan yang penuh ketidaktransparansian dan korupsi. Kalau masih takut sumbangan yang kita berikan akan dikorupsi. Uang yang ada bisa dialihkan dengan melakukan penelitian atau program sendiri yang menunjang kesejahteraan lingkungan sekitar. Kesehatan atau pendidikan misalnya.

Selain uang tersebut dikeluarkan seefisien mungkin, hasilnya tentu akan sangat berguna bagi masa depan satu negara (dalam tulisan ini dia contohkan Afrika). The Bill and Melinda Gates Foundation telah memperlihatkan dengan cara yang cerdas, fokus dan disiplin, siapa saja dengan kemampuan yang ada bisa melakukan perubahan.

Jangan hanya memberi. Merasa puas dan baik karena sudah membantu. Tidak salah juga. Namun, ada baiknya kalau masih punya kemampuan. Lakukan sesuatu untuk perubahan. Sekecil apapun. Semua akan balik ke keluarga kita nantinya.

Ingin bantu anak-anak Indonesia? hubungi kami di info@tunascendekia.org atau hotline 08161833443 Dukungan anda sangat berarti!

Pembalut Gratis!

Kampanye Berdarah Tanpa Mati
PembalutGratis.tunascendekia.org
Dari setiap 100 orang miskin Indonesia, 50 tinggal di daerah yang tidak terdapat SMP!
Saatnya jalin solidaritasKEBERSAMAAN diantara kita...

jejaring sosial

Kunjungi Facebook Fan Page Yayasan Tunas Cendekia facebook.com/bantuAnakIndonesia